Pembelajaran
Sastra Anak
1. Pembuka
1.1 Latar
Belakang
Di era globalisasi ini,
tentunya kita tahu bahwa teknologi berkembang dengan pesat seiring dengan berkembangnya
jaman. Berbagai peralatan yang canggih pun, sekarang sudah tidak sulit untuk
didapatkan. Berbagai media hiburan modern seperti televisi, radio, komputer,
dan lain sebagainya kini dirasa lebih menarik perhatian daripada hiburan
tradisional. Buktinya, di jaman sekarang,
anak-anak lebih banyak yang senang memainkan game online dengan laptop dan kebanyakan
anak jaman sekarang sudah tidak mengenal permainan tradisional yang sering
dimainkan oleh anak-anak pada jaman dahulu. Apalagi, pada jaman sekarang
kebanyakan anak sudah memiliki gadget sehingga anak cenderung malas untuk
belajar dan lebih memilih bermain game. Tentu saja hal ini akan
berakibat pada perkembangan potensi anak yang kurang maksimal sehingga prestasi
belajar anak pun kurang memuaskan.Memang
dengan adanya perkembangan teknologi saat ini tentunya dapat meningkatkan
pengetahuan kita. Namun, kita harus ingat dan selektif dalam mengambil manfaat
yang positif dari perkembangan teknologi
ini sehingga kita tidak terjerumus ke dalam hal yang bersifat negatif. Kita
tidak boleh bergantung pada perkembangan teknologi, karena sebenarnya masih banyak
terobosan lain yang dapat kita tempuh.
Kita tahu bahwa sekarang ini pembelajaran
sastra khususnya sastra anak kurang diminati oleh anak-anak, padahal kita semua
tahu bahwa dalam sastra anak banyak terkandung nilai-nilai moral yang bernilai
luhur. Namun pada kenyataannya, anak-anak sekarang lebih memilih menyukai
cerita-cerita yang berbau aksi, seperti Naruto ataupun Dargon Ball yang
mengandung unsur-unsur yang kurang pantas untuk ditiru oleh anak-anak (misalnya
perkelahian). Dunia anak-anak yang penuh dengan kegembiraan merupakan salah satu aspek
penting untuk dipertimbangkan dalam memilih pembelajaran yang cocok diberikan
kepada mereka terutama dalam pembelajaran sastra anak. Karya sastra merupakan
pembelajaran yang cocok untuk diberikan dikelas rendah karena telah diketahui
oleh kita pada umumnya. Dengan membaca karya sastra, hati kita bisa merasakan
sesuatu yang menyenangkan dan menggembirakan. Selain itu karya sastra pun
memberikan nilai-nilai dan pengetahuan yang belum pernah diketahui oleh anak-anak.
Melalui karya sastra, mereka dapat mencurahkan pengalaman hidup mereka dan pada
akhirnya mereka dapat menemukan nilai-nilai yang terkandung dari pengalaman
yang telah mereka tuangkan ke dalam karya satra.
1.2 Rumusan
Masalah
1.2.1
Apakah pengertian sastra anak?
1.2.2
Apa sajakah ciri-ciri sastra anak?
1.2.3
Apakah manfaat sastra anak utamanya bagi anak Sekolah Dasar?
1.2.4
Bagaimanakah tahap-tahap dalam pembelajaran sastra anak di Sekolah
Dasar?
1.2.5
Apa sajakah jenis-jenis karya sastra anak?
1.2.6
Bagaimanakah apresiasi sastra anak?
1.3 Tujuan
1.3.1 Menjelaskan
pengertian sastra anak.
1.3.2 Memahami
ciri-ciri sastra anak.
1.3.3 Memahami
manfaat sastra anak utamanya bagi anak Sekolah Dasar.
1.3.4 Menjelaskan
tahap-tahap dalam pembelajaran sastra anak di Sekolah Dasar.
1.3.5 Memahami
jenis-jenis karya sastra anak.
1.3.6 Menjelaskan
apresiasi sastra anak.
2. Pembahasan
2.1 Pengertian
Sastra Anak
Subjek dan objek dalam pendidikan
bahasa dan sastra Indonesia di sekolah dasar adalah anak-anak. Karya sastra
merupakan pembelajaran yang cocok untuk diberikan. Karena telah diketahiu oleh
kita bahwa dengan membaca karya sastra hati bisa merasakan sesuatu yang
menyenangkan dan membahagiakan. Selain itu, karya sastra juga memberikan
nilai-nilai dan pengetahuan lainnya yang belum pernah diketahui oleh anak-anak
seperti pengetahuan bagaimana sebaiknya mereka berinteraksi dengan sesama.
Kata sastra anak merupakan
dua patah kata yang dirangkaikan menjadi satu kata sebut, yaitu dari kata sastra
dan kata anak. Kata sastra berarti ‘karya seni imajinatif
dengan unsure estetisnya dominan yang bermediumkan bahasa’ (Rene Wellek,
1989). Karya seni imajinatif yang bermedium bahasa itu dapat dalam bentuk
tertulis ataupun dalam bentuk lisan. Sementara itu, kita anak disini
diartikan sebagai ‘manusia yang masih kecil’ (KBBI, 1998: 31) atau ‘bocah’
(KBBI, 1998: 123). Tentu pengertian anak yang dimaksud di sini bukan anak
balita dan bukan pula anak remaja, melainkan anak yang masih berumur antara
6-13 tahun, usia anak sekolah dasar. Jadi, secara sederhana istilah sastra
anak dapat diartikan sebagai ‘karya seni yang imajinatif dengan unsur
estetisnya dominan yang bermediumkakan bahasa, baik lisan ataupun tertulis,
yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan berisi tentang dunia yang
akrab dengan anak-anak’.
Sementara itu, Riris K.
Toha-Sarumpaet (1976: 21) menyatakan bahwa sastra anak adalah karya sastra
yang dikonsumsi anak dan diurus serta dikerjakan oleh orang tua. Pendek
kata, sastra anak ditulis oleh orang tua untuk anak. Orang tua jugalah yang
mengedit, mengilustrasi, mencetak, menerbitkan, mendistribusikan, memilihkannya
di rumah atau di sekolah, seringkali membacakannya, dan sesekali
membicarakannya. Orang dewasa pulalah yang membimbing anak dalam memilih dan
mengusahakan bacaan yang baik bagi anak, tetapi tidak semua sastra anak itu
ditulis oleh orang tua. Penulis sastra anak dapat juga dilakukan oleh anak-anak
itu sendiri, misalnya anak yang telah berumur sepuluh atau sebelas tahun ke
atas, sudah dapat menulis puisi atau catatan harian dan sebagainya
2.2 Ciri-ciri Satra Anak
Riris K. Toha-Sarumpaet (1976:29-32)
mengemukakan bahwa ada 3 ciri yang
menandai sastra anak itu
berbeda dengan sastra orang dewasa. Tiga ciri pembeda itu berupa:
2.2.1
Unsur pantangan
Unsur pantangan merupakan unsur yang secara khusus berkenaan dengan
tema dan amanat. Secara umum, dapat dikatakan bahwa sastra anak menghindari
atau pantang terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut masalah seks, cinta
yang erotis, dendam yang menimbulkan kebencian, kekejaman, prasangka buruk,
kecurangan yang jahat, dan masalah kematian. Apabila ada hal-hal buruk dalam
kehidupan itu yang diangkat dalam sastra anak, misalnya masalah kemiskinan,
kekejaman ibu tiri, dan perlakuan yang tidak adil pada tokoh proagonis,
biasanya amanatnya lebih disederhanakan dengan akhir cerita menemui kebahagiaan
atau keindahan, misalnya dalam kisah Putri Salju, Cindrella, Bawang Merah
Bawang Putih, Limaran, Cindelaras, dan Putri Angsa.
2.2.2
Penyajian dengan gaya secara langsung
Penyajian
dengan gaya secara langsung adalah sajian cerita yang deskripsinya secara singkat dan
langsung menuju sasarannya, mengetengahkan gerak yang dinamis, dan jelas
sebab-sebabnya. Deskripsi itu diselingi dengn dialog dan terwujud suasana yang
tersaji, perilaku tokoh-tokohnya amat jelas, baik sifat, peran, maupun
fungsinya dalam cerita. Biasanya lebih cenderung digambarkan sifat tokoh yang
hitam putih. Artinya, setiap tokoh baik atau tokoh buruk.
2.2.3
Fungsi terapan
Fungsi
terapan adalah
sajian cerita yang harus bersifat informative dan mengandung unsur-unsur yang
bermanfaat, baik untuk pengetahuan umum, keterampilan khusus, maupun untuk
pertumbuhan anak. Fungsi terapan dalam sastra anak ini ditunjukkan oleh
unsur-unsur intrinsik yang terdapat pada teks karya sastra anak itu sendiri,
misalnya dari judul Petualangan Sinbad akan memberikan informasi yang
berupa kata atau nama tokoh, anak akan bertambah pengetahuannya tentang negeri
asal kata atau tokoh itu, letak negeri itu, apa yang terkenal di negeri itu,
dan sebagainya.
2.3 Manfaat
Pembelajaran Satra Bagi Pendidikan Anak SD
2.3.1
Membantu Perkembangan Bahasa Anak
Melalui
menyimak atau membaca karya sastra , secara sadar ataupun tidak sadar
pemerolehan bahasa anak akan meningkat. Bertambahnya kosa kata maka akan
meningkatkan pula keterampilan berbahasa anak.
2.3.2
Membantu Perkembangan Kognitif
Siswa
Sastra
mempunyai hubungan erat dengan penalaran dan pikiran anak-anak. Semakin anak
terampil berbahasa, maka akan semakin terampil pula mereka berfikir. Penalaran
yang dikembangkan melalui media sastra antara lain; membandingkan,
mengklasifikasikan, menghipotesis, merangkum, mengeritik, dan menerapkan.
2.3.3
Perkembangan Kepribadian
Sastra
mempunyai peranan penting dalam perkembangan kepribadian anak. Tokoh-tokoh
dalam karya sastra secara tidak sadar akan mendorong atau mempengaruhi
anak-anak mengendalikan berbagai emosi, misalnya: benci, cemas, takut, bangga,
angkuh, sombong, dan lainnya. Disini guru harus pintar-pintar memilih bacaan
untuk anak yang didalamnya terdapat pesan, kesan moral bagi anak.
2.3.4
Perkembangan Sosial
Istilah
sosial mengacu pada suatu proses yang digunakan untuk anak-anak dalam membentuk
perilaku, norma-norma, dan mativasi, yang selalu dipantau serta dinilai oleh
keluarga dan kelompok budaya mereka. Ada tiga proses yang sangat berpengaruh
dalam sosialisasi dunia anak-anak.
2.3.4.1
Pertama, proses hadiah dan hukuman. Orang tua/orang dewasa
kerap kali memberikan hadiah kepada anak atas prilaku yang baik. Sebaliknya,
mereka memberi hukuman atas prilaku yang tidak baik. Hal ini bermakna, anak
disuruh melakukan hal-hal yang baik dan melarang melakukan hal-hal yang tidak
baik.
2.3.4.2
Kedua, proses imitasi/peniruan. Anak-anak meniru/menyontoh
prilaku atau respon orang dewasa atau teman sebaya. Pada masa ini anak belajar
tentang perilaku yang diterima dalam masyarakat.
2.3.4.3
Ketiga, proses identifikasi. Proses ini menuntut ikatan
emosional dengan model-model yang ada. Anak-anak menginginkan agar pikiran,
perasaan, dan sifat-sifat mereka sama dengan model yang disukai.
2.3.5
Sastra Menunjukkan Kebenaran Hidup
Dari
karya sastra, orang akan belajar banyak tentang pengalaman hidup, persoalan
dengan aneka ragamnya dan bagaimana menghadapinnya. Misalnya, dalam sastra
anak-anak, dapat dijumpai cerita gadis kecil yang begitu asyik bermain dengan
bonekanya, , disayang, murni, dan tidak ada kebohongan disini. Begitu pula
dengan anak laki-laki yang dengan asyiknya bermain mainan kesukaannya. Kondisi
seperti diatas, dapat dijadikan untuk menanamkan pendidikan kepada anak-anak
tentang bagaimana hidup manusia itu sebenarnya. Ada masa tenang, ada masa
damai. Ada masa anak-anak juga masa dewasa dan seterusnya, yang penuh dengan
aneka peran, tugas, dan tanggung jawab. Dengan diajarkan pendidikan sastra
sejak dini anak akan mengenal atau mengerti manusia lain.
2.3.6
Sastra untuk Memperkaya Rohani
Dalam
membaca sastra disamping hiburan dapat menikmati jalan cerita, pelukisan watak
yang mengesankan, juga harus mempertimbangkan kebenaran. Disini pembaca sastra
juga seharusnya ikut aktif mancari makna yang terkandung. Selain itu guru juga
harus memilihkan bacaan sastra yang didalamnya terdapat pesan kesan yang
bermakna bagi siswanya.
2.3.7
Sastra Melampaui Batas bangsa dan
Zaman
Karya
sastra Mahabarata dan Ramayana menceritakan kejadian beberapa ratus tahun yang
lalu. Cerita tersebut masih tetap hidup dalam abad kedua puluh dan sampai saat
ini, berarti melampaui batas zaman.cerita ini digemari manusia kaena berisi
pengalaman hidup yang mendasar yang masih terjadi sampai saat ini, seperti;
kesetiaan dan penghianatan, perang antar saudara, orang tua kehilangan anak,
dan lain sebagainya. Dari penjelasan diatas menjawab pertanyaan mengapa karya
sastra perlu diajarkan pada anak-anak, karena karya sastra merupakan karya atau
cerita turun temurun dan akan tetap ada sepanjang zaman
2.3.8
Sastra Memiliki Santun Berbahasa
Dalam
karya sastra begitu kaya dengan kata-kata yang tersusun secara tepat dan
mempesona. Anak dapat belajar tatakrama/santun berbahasa dari pengungkapan
kata-kata para sastrawan. Dengan demikian karya sastra memudahkan guru dalam
menanamkan pendidikan karakter terhadap anak, guna menjadikan anak yang sopan,
santun di dalam lingkungan sekitarnya maupun dimanapun mereka berada nantinya.
2.3.9
Sastra Menjadikan Manusia
Berbudaya
Manusia
yang berbudaya adalah manusia yang cepat tanggap terhadap segala hal yang luhur
dan indah dalam hidup ini. Apabila karya sastra diajarkan sejak anak duduk
dibangku SD, maka sejak dari dini ia dapat mengerti kehidupan manusia yang
sederhana, berbudi luhur, dan disiplin. Hal itu dikarenakan didalam sastra
terdapat gambaran kebiasaan manusia bergaul dengan kebenaran, keindahan, dan
kebaikan.
2.4 Tahapan Pembelajaran Sastra di
Sekolah Dasar
2.4.1 Tahap Penikmatan
Tahap
ini diawali sejak masa anak umur 3-7 tahun. Anak sekolah dasar diajak menikmati
atau mendengarkan cerita, puisi syair lagu, drama anak-anak. Dengan menyimak,
dan menonton maka akan timbul rasa senang, gembira, puas pada diri siswa
perlahan-lahan. Sehingga akan timbul rasa cinta dan rindu terhadap karya
sastra.
2.4.2 Tahap Penghargaan
Pada
tahap ini anak diajak setengah aktif . bagaimana menimbulkan rasa kekaguman,
misalnya menayangkan tentang tokoh yang menjadi idola atau sebaliknya.
Pemberian rasa pujian bila anak dapat menjawab pertanyaan yang berupa umpan
balik dari karya sastra yang baru dinikmatinya maka akan muncul rasa ingin ikut
memiliki atau menguasai hasil karya tersebut, sehingga muncul rasa penghargaan
terhadap karya sastra.
2.4.3 Tahap
Pemahaman
Pemahaman
ini ditekankan pada pemahaman unsur intrisik dan ekstrinsik karya sastra,
misalnya diberikan pertanyaan siapa tokoh yang baik dan yang jahat, dimana
peristiwa itu terjadi, dan lain sebagainya guna mengukur tingkat pemahaman anak
tentang sastra yang dibacakan.
2.4.4 Tahap Penghayatan
Pada
tahap ini siswa diajak menganalisis tema dan berdiskusi tentang nilai-nilai
yang terkandung dalam karya sastra tersebut, mengkritik, membandingkan antara
satu karya dengan karya yang lain.
2.4.5 Tahap
Implikasi
Tahap
implikasi yaitu tahap dimana anak diberikan kesempatan mengimplikasikan
kreatifitas dalam bidang sastra, sesuai dengan minatnya masing-masing seperti;
yang suka puisi dibentuk kelompok puisi, yang suka drama dibuatkan sanggar, dan
yang suka fiksi maupun cerpen diberkan pembinaan dalam bentuk ekstrakulikuler.
2.5 Jenis-jenis Sastra Anak
2.5.1
Puisi
Secara etimologi istilah puisi berasal dari bahasa Yunani “poeima” =
membuat atau “poeisis” = pembuatan. Sedangkan dalam bahasa Inggris
disebut “poem” atau “poetry”. Merupakan pengungkapan gagasan dan
perasaan dalam bentuk rangkaian bait. Apresiasi puisi dapat dilakukan dengan
memadukannya dengan empat aspek keterampilan berbahasa, yakni: mendengarkan,
berbicara, membaca, dan menulis. Apresiasi
puisi yang berkaitan dengan tujuan tersebut dapat dilakukan dengan cara
membaca, mendeklamasikan, menciptakan puisi, dan mendiskusikan tema, keindahan
bahasa, serta hal-hal yang menarik dari puisi tersebut. Seperti bentuk karya sastra lain, puisi mempunyai
ciri-ciri khusus. Pada umumnya penyair mengungkapkan gagasan dalam kalimat yang
relatif pendek-pendek serta padat, ditulis berderet-deret ke bawah (dalam
bentuk bait-bait), dan tidak jarang menggunakan kata-kata/kalimat yang bersifat
konotatif. Struktur dan ragam puisi sebagai karya
cipta kreatif jika dilihat dari ciri-cirinya terus mengalami perubahan zaman.
Misal di masa lampau, penciptaan puisi harus memenuhi ketentuan jumlah baris, ketentuan rima dan
persyaratan lain (Wirjosoedarmo:karangan terikat). Definisi
tersebut tentu saja tidak tepat lagi untuk masa sekarang karena saat ini
penyair sudah lebih bebas dan tidak harus tunduk pada persyaratan-persyaratan
tertentu. Menurut zaman puisi
dibagi dalam dua kategori, yaitu:
2.5.1.1 Puisi Lama, dengan ciri-ciri yaitu merupakan puisi
rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya, disampaikan lewat mulut ke mulut (merupakan
sastra lisan), sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap
bait, jumlah suku kata maupun rima. Yang
termasuk puisi lama adalah :
2.5.1.1.1 Mantra, adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
Assalammu’alaikum putri
satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
2.5.1.1.2 Pantun, adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris,
tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris
berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun
anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka. Contoh pantun :
Jalan-jalan ke kota Blitar
Jangan lupa beli sukun
Jangan lupa beli sukun
Jika kamu ingin
pintar
Belajarlah dengan tekun
2.5.1.1.3 Karmina, adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.
2.5.1.1.4 Seloka, adalah pantun berkait.
2.5.1.1.5 Gurindam, adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a,
berisi nasihat.
Kurang pikir kurang
siasat
Tentu dirimu akan
tersesat
2.5.1.1.6 Syair, adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris,
bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.
Bila dua orang wanita
berbicara
mereka tidak mengatakan
apa-apa
tetapi jika seorang saja
yang berbicara
dia akan membuka semua
tabir kehidupannya
2.5.1.1.7 Talibun, adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10
baris.
2.5.2.1 Puisi Baru dengan
ciri-ciri : bentuknya lebih bebas daripada puisi lama, baik dalam segi
jumlah baris, suku kata, maupun rima. Menurut isinya, puisi
baru dibedakan atas:
2.5.2.1.1
Balada, adalah puisi berisi kisah/cerita.
2.5.2.1.2
Himne, adalah puisi pujaan untuk Tuhan,
tanah air, atau pahlawan.
2.5.2.1.3
Ode, adalah puisi sanjungan untuk orang
yang berjasa.
2.5.2.1.4
Epigram, adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran
hidup.
2.5.2.1.5
Romance, adalah puisi yang berisi luapan
perasaan cinta kasih.
2.5.2.1.6
Elegi, adalah puisi yang berisi ratap
tangis/kesedihan.
2.5.2.1.7
Satire, adalah puisi yang berisi
sindiran/kritik.
Contoh puisi modern:
biduk di langit masih
kering tertawa
melihat aku yang tetap bercumbu dengan khayal
menari kata dalam balutan puisi
membingkaikan rasa dalam bait
puisi adalah aku
aku bercinta dengan kata
dan merangkai menjadi satu kenangan indah
dekapan kalimat panjang membuai mesra diriku
kutemukan ada detak lemah setia
melihat aku yang tetap bercumbu dengan khayal
menari kata dalam balutan puisi
membingkaikan rasa dalam bait
puisi adalah aku
aku bercinta dengan kata
dan merangkai menjadi satu kenangan indah
dekapan kalimat panjang membuai mesra diriku
kutemukan ada detak lemah setia
2.4.2 Prosa
Prosa ialah karya sastra yang berbentuk
cerita yang bebas, tidak terikat oleh rima (bunyi yang berselang/berulang di
dalam/akhir larik), irama, dan kemerduan bunyi (meliputi euphony/mengambarkan
keriangan, cacophony/ bernuansa ketertekanan batin, kebekuan dan
kesedihan, onomatope/sugesti suara yang sebenarnya). Prosa juga pemaparan
pemikiran dan perasaan melalui bentuk paragraf demi paragraf.
2.4.3 Drama
Merupakan pengemukaan gagasan dan perasan melalui
bentuk dialog antara berbagai
tokoh. Drama adalah salah satu genre sastra yang berada
pada dua dunia seni, yaitu seni sastra dan seni pertunjukan atau teater. Orang
yang melihat drama sebagai seni sastra menunjukkan perhatiannya pada seni tulis
teks drama yang dinamakan juga dengan seni lakon. Teknik penulisan teks drama
berbeda dengan teknik penulisan puisi atau prosa. Orang yang menganggap drama
sebagai seni pertunjukan (teater) fokus perhatiannya ditujukan pada
pertunjukannya atau pementasannya, tidak semata pada teksnya saja. Drama anak
merupakan suatu bentuk drama yang diperankan/ tokoh pelakunya adalah anak-anak.
Misalnya: opera anak (trans7), ketoprak anak, dan lain-lain.
2.6 Apresiasi Sastra
Anak
Sehubungan dengan materi
pembelajaran sastra anak ini, pengertian apresiasi yang kita maksudkan di sini
yaitu kesadaran kita terhadap nilai-nilai seni dan budaya (sastra anak), dan
penilaian atau penghargaan kita terhadap sesuatu (sastra anak).
2.6.1 Ada tiga batasan apresiasi sastra anak, yaitu:
2.6.1.1 Apresiasi sastra anak adalah penghargaan (terhadap karya
sastra anak) yang didasarkan pada pemahaman
2.6.1.2 Apresiasi sastra anak adalah penghargaan atas karya
sastra anak sebagai hasil pengenalan, pemahaman, penafsiran, penghayatan, dan
penikmatan yang didukung oleh kepekaan batin terhadap nilai-nilai yang terkandung
dalam karya sastra anak
2.6.1.3 Apresiasi sastra anak adalah kegiatan menggauli cipta
sastra anak dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan,
kepekaan pikiran kritis dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra
anak.
2.6.2 Dalam
melaksanakan apresiasi sastra anak itu kita dapat melakukan beberapa kegiatan,
antara lain :
2.6.2.1 Kegiatan
apresiasi langsung, yaitu membaca sastra anak, mendengar sastra anak ketika dibacakan atau dideklamasikan,
dan menonton pertunjukan sastra anak dipentaskan
2.6.2.2 Kegiatan
apresiasi tidak langsung, yaitu mempelajari teori sastra, mempelajari kritik dan esai sastra, dan
mempelajari sejarah sastra;
2.6.2.3 Pendokumentasian
sastra anak
2.6.2.4 Melatih
kegiatan kreatif mencipta sastra atau rekreatif dengan mengungkapkan kembali
karya sastra yang dibaca, didengar atau ditontonnya.
2.6.3 Ada
tiga tingkatan atau langkah dalam apresiasi sastra anak, yaitu :
2.6.3.1 Seseorang mengalami
pengalaman yang ada dalam cipta sastra anak, ia terlibat secara emosional,
intelektual, dan imajinatif
2.6.3.2 Setelah mengalami
hal seperti itu, kemudian daya intelektual seseorang itu bekerja lebih giat
menjelajahi medan makna karya sastra yang diapresiasinya
2.6.3.3 Seseorang itu
menyadari hubungan sastra dengan dunia di luarnya sehingga pemahaman dan
penikmatannya dapat dilakukan lebih luas dan mendalam.
3. Penutup
3.1 Simpulan
Sastra anak dapat diartikan sebagai ‘karya seni
yang imajinatif dengan unsure estetisnya dominan yang bermediumkakan bahasa,
baik lisan ataupun tertulis, yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak
dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak. Ciri-ciri sastra anak : unsur pantangan, penyajian dengan
gaya secara langsun, dan fungsi terapan. Manfaat sastra bagi pendidikan anak : membantu
perkembangan bahasa anak, membantu
perkembangan kognitif siswa , perkembangan
kepribadian, perkembangan social, sastra menunjukkan kebenaran hidup, sastra untuk memperkaya rohani, sastra melampaui batas bangsa dan zaman, sastra memiliki santun berbahasa, dan sastra menjadikan manusia berbudaya. Tahap-tahap
sastra anak : tahap penikmata, tahap
penghargaan, tahap pemahaman, tahap penghayatan, dan tahap
implikasi. Jenis-jenis sastra anak puisi ( puisi lama dan puisi baru ), prosa,
dan drama. Apresiasi sastra anak : seseorang mengalami pengalaman yang ada dalam cipta sastra
anak, ia terlibat secara emosional, intelektual, dan imajinatif,
setelah mengalami hal seperti itu, kemudian daya
intelektual seseorang itu bekerja lebih giat menjelajahi medan makna karya
sastra yang diapresiasinya, dan seseorang itu menyadari hubungan sastra dengan dunia di
luarnya sehingga pemahaman dan penikmatannya dapat dilakukan lebih luas dan
mendalam.
3.2 Saran
Sebagai calon guru SD harus
bisa memahami tentang pembelajaran sastra yang cocok untuk anak SD terutama
kelas rendah, harus mampu mengaplikasikan sastra agar siswa bisa
mengapresiakanya, sebelum melakukan pambelajaran apresiasi sastra guru harus
terlebih dahulu memilih bahan ajar dan menentukan metode pembelajaran. tingkatkan
kemampuan kita dalam bersastra, utamanya para pendidik agar peserta didik yang
kita ajar dapat betul-bertul memahami dari inti sastra itu sendiri.
Daftar Pustaka
Diposkan oleh M. ANDRIANTO ADI K.
SD.Jakarta:Universitas Terbuka (Siti Herlina 1/06/2013 02.54.00 AMhttp://linafadilashabil.blogspot.co.id/2013/01/pembelajaran-apresiasi-sastra-sekolah.html
Santosa, Puji, dkk. 2009. Materi dan Pembelajaran Bahasa
Indonesia. Jakarta: Universitas
Terbuka
0 komentar:
Posting Komentar