Kamis, 09 Juni 2016

Pendekatan Komunikatif dan Terpadu



PENDEKATAN KOMUNIKATIF DAN TERPADU

1.      PEMBUKA
1.1  Latar Belakang Masalah
          Saat ini, pembelajaran Bahasa Indonesia pada lembaga pendidikan formal mulai dari SD sampai dengan SLTA tidak lagi bertujuan mengajarkan bahasa secara teoritis, yaitu mengetahui tentang bahasa tetapi mengembalikan pembelajaran bahasa kepada fungsi bahasa yang sebenarnya yaitu untuk berkomunikasi. Pembelajaran bahasa yang bertujuan agar siswa mampu berkomunikasi menggunakan bahasa target memiliki faktor-faktor penentu komunikasi yang perlu diperhatikan. Faktor-faktor tersebut meliputi siapa berbicara dengan siapa, tujuan, tempat, waktu, konteks kebudayaan dan suasana, jalur dan media, peristiwa bebahasa (Utari, 1988: 93). Di samping itu, Kurikulum KTSP mempertegas bahwa dalam penyajian materi bahasa, aspek-apek kebahasaan harus diajarkan secara terpadu dengan keterampilan berbahasa yang dikaitkan dengan suatu tema tertentu.
          Fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk berkomunikasi. Komunikasi yang dimaksud ialah suatu proses penyampaian maksud kepada orang lain dengan menggunakan saluran tertentu. Maksud komunikasi dapat berupa pengungkapan pikiran, gagasan, ide, pendapat, persetujuan, keinginan penyampaian informasi suatu peristiwa. Hal itu disampaikan dalam aspek kebahasaan berupa kata, kalimat, paragraf (komunikasi tulis) atau paraton (komunikasi lisan), ejaan dan tanda baca dalam bahasa tulis, serta unsur-unsur prosodi (intonasi, nada, irama, tekanan, dan tempo) dalam bahasa lisan. Dalam berkomunikasi tentu ada pihak yang berperan sebagai penyampai maksud dan penerima maksud. Agar komunikasi terjalin dengan baik, maka kedua belah pihak juga harus bisa bekerja sama dengan baik. Kerjasama yang baik itu bisa diciptakan dengan memperhatikan beberapa faktor, antara lain memperhatikan siapa yang diajak berkomunikasi, situasi, tempat, isi pembicaraan, dan media yang digunakan.
          Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang dilandasi oleh pemikiran bahwa kemampuan menggunakan bahasa dalam berkomunikasi merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa. Bahasa tidak hanya dipandang sebagai seperangkat kaidah, tetap lebih luas lagi, yakni sebagai sarana untuk berkomunikasi. Bahasa ditempatkan sesuai dengan fungsinya, yaitu fungsi komunikatif. Selain harus mengacu pada pendekatan komunikatif, pembelajaran bahasa Indonesia di SD juga harus mengacu pada pendekatan terpadu (PT). Baik keterpaduan dalam internal Bahasa Indonesia maupun keterpaduan lintas kurikulum.
1.2  Rumusan Masalah
1.2.1.      Apa yang dimaksud dengan pendekatan komunikatif?
1.2.2.      Apa tujuan pembelajaran bahasa menurut pendekatan komunikatif?
1.2.3.      Apa saja ciri–ciri dalam pendekatan komunikatif?
1.2.4.      Apa saja prinsip dalam pendekatan komunikatif
1.2.5.      Apa yang dimaksud dengan pendekatan terpadu?
1.2.6.      Bagaimana karakteristik pendekatan terpadu?
1.2.7.      Apa saja prinsip dalam pendekatan terpadu?
1.2.8.      Apa saja manfaat pembelajaran terpadu?
1.3  Tujuan
1.3.1.      Mengetahui pengertian pendekatan komunikatif.
1.3.2.      Mengetahui tujuan pembelajarn bahasa menurut pendekatan komunikatif.
1.3.3.      Mengetahui ciri-ciri pendekatan komunikatif.
1.3.4.      Mengetahui prinsip pendekatan komunikatif
1.3.5.      Mengetahui pengertian pendekatan terpadu.
1.3.6.      Mengetahui karakteristik pendekatan terpadu.
1.3.7.      Mengetahui prinsip pendekatan terpadu.
1.3.8.      Mengetahui manfaat pembelajaran terpadu.


2.      PEMBAHASAN
3.1     Pendekatan Komunikatif
2.1.1   Pengertian Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang dilandasi oleh pemikiran bahwa kemampuan menggunakan bahan dalam bahasa merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa. Beberapa pendapat tentang pendekatan komunikatif:
1.   Penguasaan secara naluri yang dipunyai seorang penutur asli untuk menggunakan dan memahami bahasa secara wajar dalam proses berkomunikasi atau berinteraksi dan dalam hubungannya dengan konteks sosial (Dell Hymes).
2.   Pendekatan yang mengintegrasikan pengajaran fungsi-fungsi bahasa dan tata bahasa (Little Wood, 1981).
3.   Pendekatan yang mendasarkan pandangannya terhadap penggunaan bahasa sehari-hari secara nyata (M. Soenardi Dwiwandono, 1996).
Dari pendapat-pendapat di atas tampak bahwa bahasa tidak hanya dipandang sebagai seperangkat kaidah, tetapi lebih luas lagi, yakni sebagai sarana untuk berkomunikasi. Ini berarti, bahasa ditempatkan sesuai dengan fungsinya, yaitu fungsi komunikatif.
Menurut Littlewood (1991) pemikiran pendekatan komunikatif didasarkan pada pengertian bahwa:
1.   Pendekatan komunikatif membuka diri bagi pandangan yang lebih luas tentang bahasa. Hal ini terutama menyebabkan cara melihat bahwa bahasa tidak terbatas pada tata bahasa dan kosa kata, tetapi juga pada fungsi komunikatif bahasa.
2.   Pendekatan komunikatif membuka diri bagi pandangan yang luas dalam pembelajaran bahasa. Hal itu menimbulkan kesadaran bahwa mengajarkan bahasa tidak cukup dengan memberikan kepada siswa bentuk-bentuk bahasa asing tetapi siswa harus mampu mengembangkan cara-cara menerapkan bentuk-bentuk itu sesuai dengan fungsi bahasa sebagai sarana komunikasi dalam situasi dan waktu yang tepat.
Sehubungan dengan pendapat itu, dia mengemukakan beberapa alternatif teknik pembelajaran bahasa. Dalam kegiatan belajar mengajar kepada siswa diberikan latihan antara lain:
1.   Memberi informasi secara terbatas, contonya mengidentifikasi gambar, menemukan atau mencari pasanagan yang cocok, menemukan informasi yang ditiadakan.
2.   Memberikan informasi tanpa dibatasi, contohnya mengkomunikasikan contoh dan gambar, menemukan perbedaan, menyusun kembali bagian – bagian cerita.
3.   Mengumpulkan informasi untuk memecahkan masalah.
4.   Menyusun informasi.
Pembelajaran bahasa yang komunikatif nampak lebih humanistik, yaitu sentralitas kegiatan lebih banyak berada pada siswa. Guru hanya sebagai fasilitator, siswa diberi kebebasan, otonomi, tanggung jawab dan kreativitas yang lebih besar dalam proses belajar (Stevik, dalam Sumardi, 1992). Sebagai fasilitator guru mengkoordinasikan kegiatan siswa yang harus bisa menjamin kegiatan kelas berjalan dengan baik. Dalam kegiatan komunikatif, guru berperan sebagai individu yang diharapkan memberi nasihat, memantau kegiatan siswa, menentukan latihan, dan memberikan bimbingan (Littlewood, dalam Sumardi, 1992).
2.1.2   Tujuan Pembelajaran Bahasa Menurut Pendekatan Komunikatif
Tujuan pembelajaran bahasa menurut pendekatan komunikatif adalah sebagai berikut :
1.   Mengembangkan kompetensi komunikatif siswa, yaitu kemampuan menggunakan bahasa yang dipelajarinya itu untuk berkomunikasi dalam berbagai situasi dan konteks,
2.   Meningkatkan penguasaan keempat keterampilan berbahasa yang diperlukan dalam berkomunikasi.
2.1.3   Ciri-ciri pendekatan Komunikatif
    Dalam pembelajaran pendekatan komunikatif, terdapat beberapa ciri – ciri yang perlu dipahami, yaitu:
1.   Adanya kegiatan komunikasi fungsional dan interaksi sosial yang saling berkaitan erat.
2.   Pembelajaran berorientasi pada pemerolehan kompetensi komunikatif, bukan ketepatan gramatikal.
3.   Pembelajaran diarahkan pada modifikasi dan peningkatan murid dalam menemukan kaidah bahasa lewat kegiatan berbahasa.
4.   Materi pembelajaran berangkat dari analisis kebutuhan berbahasa pembelajar.
5.   Pendekatan komunikatif merupakan prasyarat sebelum menggunakan pendekatan lainnya yaitu pendekatan struktural.
1.2.4   Prinsip Pendekatan Komunikatif
Prinsip dasar pendekatan komunikatif menurut (Siahaan dalam Pateda, 1991:86) ialah:
1.   Materi harus terdiri dari bahasa sebagai alat komunikasi.
2.    Desain materi harus menekankan proses belajar-mengajar dan bukan pokok bahasan.
3.    Materi harus memberi dorongan kepada pelajar untuk berkomunikasi secara wajar.
2.2     Pendekatan Terpadu
2.2.1   Pengertian Pendekatan Terpadu
Pendekatan terpadu merupakan pendekatan yang dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam penggunaannya, bahasa tidak pernah dipisah-pisahkan atas aspek-aspeknya. Aspek-aspek bahasa itu di dalam praktik berbahasa  selalu digunakan secara bersama dan terpadu, baik aspek-aspek kebahasaan maupun aspek-aspek keterampilan berbahasa. Bahkan dengan bidang-bidang yang lain, bahasa selalu menyatu di dalam pemakaian.
Pendekatan terpadu merupakan pendekatan yang paling mudah di antara tiga pendekatan terbaik yang sering digunakan. Selanjutnya pendekatan terpadu juga sudah dijelaskan dalam pemerdiknas. Dengan demikian, proses pembelajaran di SD, SMP, maupun SMA diharapkan dapat menerapkan pendekatan terpadu.
Yeager mengemukakan beberapa hal yang penting, yang terjadi di dalam kelas dengan bahasa terpadu, antara lain:
1.   Siswa banyak bergaul dengan literatur.
2.   Siswa merasakan peningkatan dalam belajarnya dan memperlihatkan kesanggupan belajar yang tinggi.
3.   Guru-guru berinteraksi dengan siswa, baik sebagai pembaca maupun sebagai penulis.
4.   Guru memperlihatkan perhatiannya terhadap bacaan dan penulisan pada umumnya.
Terdapat dua istilah yang secara teoretis memiliki hubungan yang sangat erat, yaitu integrated curriculum (kurikulum terpadu) dan integrated learning (pembelajaran terpadu). Kurikulum terpadu adalah kurikulum yang menggabungkan sejumlah disiplin ilmu melalui pemaduan isi, keterampilan, dan sikap (Wolfinger, 1994:133; Soewignyo, 1996). Sedangkan pembelajaran terpadu banyak dipengaruhi oleh eksplorasi topik yang ada di dalam kurikulum sehingga anak dapat belajar menghubungkan proses dan isi pembelajaran secara lintas disiplin dalam waktu yang bersamaan.
Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep dapat diartikan sebagai pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran terpadu, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami.
Fokus perhatian pembelajaran terpadu terletak pada proses yang ditempuh siswa saat berusaha memahami isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk keterampilan yang harus dikembangkannya (Aminuddin, 1994). Berdasarkan hal tersebut, maka pengertian pembelajaran terpadu dapat dilihat sebagai:
1.   Pembelajaran yang beranjak dari suatu tema tertentu sebagai pusat perhatian (center of interest) yang digunakan untuk memahami gejala-gejala dan konsep lain, baik yang berasal dari mata pelajaran yang bersangkutan maupun dari mata pelajaran lainnya.
2.   Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai mata pelajaran yang mencerminkan dunia nyata di sekeliling dan dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak.
3.   Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara serempak (simultan).
4.   Merakit atau menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa mata pelajaran yang berbeda, dengan harapan siswa akan belajar dengan lebih baik dan bermakna.
Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan yang berorientasi pada praktik pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak. Pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolak proses latihan/hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, (termasuk teori Piaget) yang menekankan bahwa pembelajaran itu haruslah bermakna dan menekankan juga pentingnya program pembelajaran yang berorientasi pada kebutuhan perkembangan anak.
Pelaksanaan pendekatan pembelajaran terpadu ini bertolak dari suatu topik atau tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama-sama dengan anak. Tujuan dari tema ini bukan hanya untuk menguasai konsep-konsep mata pelajaran, akan tetapi konsep-konsep dari mata pelajaran terkait dijadikan sebagai alat dan wahana untuk mempelajari dan menjelajahi topik atau tema tersebut. Jika dibandingkan dengan pendekatan konvensional, maka pembelajaran terpadu tampaknya lebih menekankan pada keterlibatan anak dalam proses belajar atau mengarahkan anak secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan pembuatan keputusan. Pendekatan pembelajaran terpadu ini lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing).
Pendekatan terpadu dalam pembelajaran bahasa Indonesia mengacu pada pernyataan Goodman (1986) tentang kurikulum bahwa pengajaran bahasa dan pengajaran bidang studi lain (yang dilaksanakan dengan menggunakan bahasa sebagai media penyajian) merupakan kurikulum yang bersifat ganda (dual curriculum). Artinya, pengajaran bahasa dan isi dari bidang studi lain bersama-sama menjadi bagian dari kurikulum secara utuh. Demikian pula keterpaduan dalam bidang studi bahasa Indonesia, Goodman dalam pandangannya tentang pengajaran bahasa menyatakan bahwa keterampilan membaca, menulis, berbicara, dan menyimak tidak dipandang sebagai komponen yang terpisah-pisah untuk diajarkan sendiri-sendiri. Kenyataan menunjukkan keempat keterampilan berbahasa tersebut, digunakan siswa dalam berbagai kegiatan pengajaran baik dalam belajar bahasa maupun bidang studi lain. Dengan demikian, pembelajaran bahasa menyangkut keterampilan bahasa diajarkan secara terpadu.
Pelaksanaan pendekatan pembelajaran terpadu ini bertolak dari suatu topik atau tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama-sama dengan anak. Tujuan dari tema ini bukan hanya untuk menguasai konsep-konsep mata pelajaran, akan tetapi konsep-konsep dari mata pelajaran terkait dijadikan sebagai alat dan wahana untuk mempelajari dan menjelajahi topik atau tema tersebut. Jika dibandingkan dengan pendekatan konvensional, maka pembelajaran terpadu tampaknya lebih menekankan pada keterlibatan anak dalam proses belajar atau mengarahkan anak secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan pembuatan keputusan. Pendekatan pembelajaran terpadu ini lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing).
Pendekatan terpadu adalah ancangan kebijaksanaan pembelajaran bahasa dengan menyajikan bahan-bahan pelajaran secara terpadu, yaitu dengan menyatukan, menghubungkan, atau mengaitkan bahan pelajaran sehingga tidak berdiri sendiri atau terpisah-pisah.
Arah dan tujuan pendekatan terpadu menurut Frazee dan Rosse (1995) mengarah pada pembentukan pemikiran siswa secara utuh, karena secara kodrati siswa usia SD memandang sesuatu selalu dengan pandangan yang utuh dan menyeluruh (holistik). Alasan lain, karena dalam kehidupan sehari-hari siswa menggunakan pengetahuan tidak secara per bagian, tetapi secara utuh. Oleh karena itu, akan lebih baik bila pembelajaran di sekolah diarahkan untuk menuju pemikiran secara utuh tersebut.
2.2.2   Karakteristik Pendekatan Terpadu
Penerapan pendekatan pembelajaran terpadu di sekolah dasar bisa disebut sebagai suatu upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan, terutama dalam rangka mengimbangi gejala penjejalan isi kurikulum yang sering terjadi dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah-sekolah kita. Penjejalan isi kurikulum tersebut dikhawatirkan akan mengganggu perkembangan anak, karena terlalu banyak menuntut anak untuk mengerjakan aktivitas atau tugas-tugas yang melebihi kapasitas dan kebutuhan mereka. Dengan demikian, anak kehilangan sesuatu yang seharusnya bisa mereka kerjakan. Jika dalam proses pembelajaran, anak hanya merespon segalanya dari guru, maka mereka akan kehilangan pengalaman pembelajaran yang alamiah dan langsung (direct experiences). Pengalaman-pengalaman sensorik yang membentuk dasar kemampuan pembelajaran abstrak siswa menjadi tidak tersentuh, padahal hal tersebut merupakan karakteristik utama perkembangan anak usia sekolah dasar. Di sinilah mengapa pembelajaran terpadu sebagai pendekatan baru dianggap penting untuk dikembangkan di sekolah dasar.
Terdapat beberapa karakteristik yang perlu dipahami dari pembelajaran terpadu, yaitu :
1.   Pembelajaran terpadu berpusat pada siswa (student centered). Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Peran guru lebih banyak sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.
2.   Pembelajaran terpadu dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3.   Dalam pembelajaran terpadu pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Bahkan dalam pelaksanaan di kelas-kelas awal sekolah dasar, fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
4.   Pembelajaran terpadu menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa dapat memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan.
5.   Pembelajaran terpadu bersifat luwes (fleksibel), sebab guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
6.   Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.
2.2.3   Prinsip-prinsip Pembelajaran Bahasa Indonesia secara Terpadu
Dalam proses pelaksanaan pembelajaran bahasa secara terpadu perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1.   Guru hendaknya tidak bersikap otoriter atau menjadi “single actor” yang mendominasi aktivitas dalam proses pembelajaran.
2.   Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerjasama kelompok.
3.   Guru perlu bersikap akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam perencanaan pembelajaran.
Penarapan pendekatan tepadu, antara lain :
1.   Ketika Guru mengajarkan membaca kata atau kata – kata, sekaligus guru mengajarkan bagaimana melafalkannya dengan tepat. Dalam hal ini, guru sudah mengaitkan kegiatan membaca dan pemahaman tentang lafal yang tercakup dalam tata bunyi.
2.   Pemaduan pembelajaran bahasa dengan bidang studi lain, seperti IPA, IPS, dan matematika dilakukan melalui penyajian tema atau materi yag berkaitan dengan bidang studi tersebut. Contohnya adalah pemaduan bahasa dengan mata pelajaran IPA dapat dilakukan dengan menggunakan naskah, atau tulisan tentang bidang studi IPA sebagai bahan bacaan. Atau dapat juga siswa ditugasi mengarang tentang sesuatu yang berkaitan dengan IPA.
Dalam proses penilaian pembelajaran bahasa secara terpadu perlu diperhatikan pula prinsip-prinsip sebagai berikut:
1.   Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penilaian diri (self-evaluation) di samping bentuk penilaian lainnya.
2.   Guru perlu mengajak para siswa untuk menilai perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan atau kompetensi yang telah disepakati.
2.2.4   Manfaat Pembelajaran Terpadu
Di bawah ini diuraikan beberapa manfaat yang dapat dipetik dari pelaksanaan pembelajaran terpadu:
1.   Dengan menggabungkan berbagai mata pelajaran akan terjadi penghematan karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan.
2.   Siswa dapat melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat daripada tujuan akhir itu sendiri.
3.   Pembelajaran terpadu dapat meningkatkan taraf kecakapan berpikir siswa. Hal ini dapat terjadi karena siswa dihadapkan pada gagasan atau pemikiran yang lebih besar, lebih luas dan lebih dalam ketika menghadapi situasi pembelajaran.
4.   Kemungkinan pembelajaran yang terpotong-potong sedikit sekali terjadi, sebab siswa dilengkapi dengan pengalaman belajar yang lebih terpadu sehingga akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang lebih terpadu.
5.   Pembelajaran terpadu memberikan penerapan-penerapan dunia nyata sehingga dapat mempertinggi kesempatan transfer pembelajaran (transfer of learning).



3.      PENUTUP
3.1     Simpulan
1.    Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang dilandasi oleh pemikiran bahwa kemampuan menggunakan bahan dalam bahasa merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa. Tujuan pembelajaran bahasa menurut pendekatan komunikatif ialah untuk:meningkatkan penguasaan keempat keterampilan berbahasa dan mengembangkan kompetensi komunikatif siswa. Ciri-ciri pendekatan Komunikatif, yaitu adanya kegiatan komunikasi fungsional dan interaksi sosial yang saling berkaitan erat, pembelajaran berorientasi pada pemerolehan kompetensi komunikatif, sedangkan prinsip dasar pendekatan komunikatif ialah:  materi harus terdiri dari bahasa sebagai alat komunikasi, desain materi harus menekankan proses belajar-mengajar dan bukan pokok bahasan, dan materi harus memberi dorongan kepada pelajar untuk berkomunikasi secara wajar.
2.    Pendekatan terpadu merupakan pendekatan yang dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam penggunaannya, bahasa tidak pernah dipisah-pisahkan atas aspek-aspeknya. Karakteristik dalam pendekatan terpadu antara lain, pembelajaran terpadu berpusat pada siswa (student centered), pembelajaran terpadu dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences
3.2     Saran
Sebagai seorang calon guru, kita diharapkan dapat memahami pendekatan komunikatif dan pendekatan terpadu sehingga dapat menerapkan dalam pembelajaran bahasa dengan baik. Dengan menerapkan pendekatan tersebut diharapkan menciptakan pembelajaran bahasa yang efektif.



DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti. 1991. Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.
Djago, Tarigan. 1997. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Jakarta: Depdikbud.
Zuchdi, Darmiyati. dan Budiasih.1997. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Jakarta: Depdikbud.
Metta. 2014. Pendekatan Komunikatif dan Terpadu, online (http://mettaadnyana .blogspot.co.id/ 2014/06/pendekatan- komunikatif.html ). Diakses pada  3 Oktober 2015.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;